Ketika Karier Terjebak di Pelukan: Mengulik Fenomena Job Hugging!

Ketika Karier Terjebak di Pelukan: Mengulik Fenomena Job Hugging!


Risdawati
17/09/2025
4 VIEWS
SHARE

Dunia kerja belakangan ramai dengan istilah job hugging atau memeluk pekerjaan. Istilah ini mulanya muncul di Amerika Serikat, kini mulai dibahas oleh media Indonesia beberapa hari terakhir. Para pekerja terpaksa bertahan di pekerjaan yang tidak memuaskan, bukan sebagai bentuk loyalitas, melainkan sebagai strategi bertahan hidup di tengah ketidakpastian ekonomi dan biaya hidup yang makin tinggi.

Fenomena ini makin meluas di kalangan anak muda milenial dan gen Z. Banyak di antara mereka memilih bertahan karena khawatir sulit mendapatkan pekerjaan baru. Apalagi, sepanjang tahun 2025 saja, jumlah perusahaan yang melakukan PHK cukup tinggi, membuat banyak pekerja merasa tidak aman untuk mencari pekerjaan baru.

Baca Juga: Capek Kerja tapi Nggak Naik Level? Mungkin Ini yang Kamu Lewatin

Job hugging berbeda dengan job hopping yang lebih populer. Jika job hopping identik dengan sering berpindah pekerjaan demi mencari pengalaman baru, maka job hugging justru kebalikannya, seseorang bertahan terlalu lama di pekerjaan meskipun merasa stagnan, bosan, atau tidak berkembang.

Dalam situasi seperti ini, mengambil keputusan bukanlah hal yang mudah. Diperlukan strategi untuk bertahan, meski ada risiko yang mungkin harus dihadapi. Oleh karena itu, Menurut Dr. Diane Hamilton, pakar Curiosity, job hugging bisa menjadi taktik bertahan hidup yang cerdas, terutama dalam situasi berikut:

1. Industri tempat kerja stabil dan memberikan rasa aman

2. Perusahaan menawarkan tunjangan yang juga melindungi keluarga

3. Perusahaan memberikan kesempatan kepada karyawan untuk mengembangkan keterampilan.

Oleh karena itu, mempertahankan peran yang kamu pegang saat ini bukan semata-mata soal bertahan hidup, tetapi bisa menjadi bagian dari strategi jangka panjang, selama dilakukan dengan sadar dan terencana.

Sebaliknya, ketika tidak ada manfaat yang jelas dan seseorang bertahan hanya karena rasa takut, dampaknya bisa negatif. Pekerja bisa perlahan menyerah, stagnan, dan kehilangan motivasi untuk berkembang. Laura Ullrich, Direktur Riset Ekonomi Amerika Utara di Indeed Hiring Lab, menyebutkan ada beberapa risiko yang timbul bagi mereka yang melakukan job hugging, yaitu:

1. Tidak ada kenaikan pendapatan secara signifikan

2. Tidak berkembang

3. Perusahaan memutuskan pekerjaan

4. Lulusan baru sulit mendapatkan kerja

Jika kamu merasa saat ini sedang melakukan job hugging dan mulai merasakan dampak negatifnya, berikut beberapa langkah yang bisa dipertimbangkan:

1. Lakukan evaluasi diri dan tujuan karier

2. Bangun keterampilan baru

3. Jaga koneksi dan jaringan profesional

Baca Juga: Senin Semangat, Kerja Produktif: Tips Jitu Atasi Monday Blues

4. Buat rencana jangka menengah

5. Konsultasi dengan mentor atau atasan.

Dr. Rini Juni Astuti, Dosen Prodi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMY, ikut serta memberikan solusi pada fenomena ini menurutnya: 

“Anak muda sebaiknya fokus pada pengembangan diri, berani keluar dari zona nyaman, dan membangun mindset karier jangka panjang. Jangan takut dengan perubahan, perluas jejaring, serta kelola keseimbangan antara stabilitas dan pertumbuhan.”

Job hugging bukanlah hal yang salah selama disadari dan dilakukan dengan strategi. Dalam iklim ekonomi yang tak pasti, bertahan bisa jadi pilihan paling realistis. Namun, jangan sampai rasa takut menahanmu untuk berkembang. Jadikan momen ini sebagai waktu jeda yang produktif, bukan hanya bertahan, tetapi juga mempersiapkan lompatan karier berikutnya. Karena pada akhirnya, karier bukan soal seberapa lama kamu bertahan, tapi seberapa jauh kamu bisa berkembang.


Yuk! Zakat, infak, dan sedekah bersama LAZ Al Azhar. Hadirkan kebahagiaan dan kebermanfaatan yang lebih luas. Klik di sini.

Perasaan kamu tentang artikel ini?

BACA JUGA