Karbala: Ketika Darah Lebih Mulia dari Kekuasaan

Karbala: Ketika Darah Lebih Mulia dari Kekuasaan


Eliyah
30/06/2025
5 VIEWS
SHARE

Ada banyak peristiwa dalam sejarah yang kita kenang bukan karena sorak sorainya, tapi karena lukanya. Karbala adalah salah satunya. Setiap Muharam datang, langit seolah berjalan lebih lambat, suara azan terdengar sedikit lebih panjang, dan hati kita, meski tak tahu kenapa, terasa lebih pelan. Seperti ada kesedihan yang tidak disebut, tapi kita tahu itu ada. Tahukah Sahabat? Peristiwa Karbala adalah luka besar dalam sejarah Islam, dan bulan Muharam menjadi saksi bisu dari tragedi itu.

Hari Asyura di bulan Muharam memang bukan perayaan, ia peringatan. Tentang cucu Nabi yang gugur bukan karena kalah, tapi karena memilih berdiri di sisi yang benar. Tentang Husein bin Ali yang tak menyerah meski tahu akhir ceritanya mungkin bukan kemenangan dunia. Ia mengajak kita duduk sebentar...

Bertanya kembali: “Apa yang sedang kita bela? Siapa yang sedang kita ikuti? Dan ke mana arah hidup yang sedang kita jalani?”

Di tengah padang Karbala, bukan sekadar sejarah yang ditulis, tapi juga pelajaran tentang kemanusiaan, bahwa membela yang benar kadang artinya melawan banyak hal; kekuasaan, ketakutan, bahkan rasa nyaman. Di zaman yang penuh distraksi ini, nilai-nilai Karbala rasanya semakin sepi. Kejujuran dianggap langka, keteguhan dipandang naif. Tapi nyatanya, dari kisah itu, kita belajar bahwa kebenaran tetap layak diperjuangkan, meski dunia tak mengelukannya. Inilah sejarah Karbala yang bisa kamu kulik lebih dalam, klik di sini!

Muharam datang bukan membawa kembang api, tapi sepi yang suci. Ia mengajak kita duduk sebentar, memikirkan kembali apa yang kita bela, siapa yang kita ikuti, dan ke mana arah hidup yang kita jalani.


Yukkk! Zakat, infak, dan sedekah bersama LAZ Al Azhar. Hadirkan kebahagiaan dan kebermanfaatan yang lebih luas. Klik di sini.

Perasaan kamu tentang artikel ini?

BACA JUGA