Bayangkan pagi hari tanpa kicau burung yang membangunkan kita, atau taman tanpa bunga yang menyambut langkah kaki dengan warna-warni dan aroma yang menenangkan. Tanpa lebah yang sibuk mengunjungi bunga, buah-buahan yang kita nikmati setiap hari mungkin tak akan pernah ada. Di hutan, rusa dan kancil membantu menjaga keseimbangan ekosistem, sementara pohon-pohon besar menyediakan udara bersih yang kita hirup. Mereka tidak bersuara, tidak menuntut pujian, namun setiap detik keberadaan mereka secara diam-diam menopang hidup kita.
Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional adalah momen untuk mengenali jasa-jasa tak terlihat ini, dan mengingatkan kita bahwa melindungi mereka bukan hanya soal empati, tapi juga investasi bagi keberlangsungan kehidupan kita sendiri.
Sejarah Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional
Setiap tanggal 5 November, masyarakat Indonesia memperingati Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional atau HCPSN. Peringatan ini digagas oleh Presiden Soeharto melalui keppres No. 4 Tahun 1993, tujuannya yaitu agar setiap masyarakat dapat menghargai makhluk hidup dengan cara meningkatkan perlindungan dan mengurangi perburuan liar.
Melindungi flora dan fauna yang langka memang wajib, namun peringatan ini tidak hanya ditujukan bagi hayati yang hampir punah. Lebih jauh, Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional menjadi momen refleksi bagi kita semua, sejauh mana kita benar-benar menghargai kehidupan di sekitar. Tidak harus menunggu spesies menjadi langka untuk mulai peduli; menjaga kebersihan lingkungan, menanam pohon, atau sekadar tidak membuang sampah sembarangan juga merupakan bentuk cinta terhadap alam.
Peringatan ini mengingatkan kita bahwa setiap tindakan kecil dapat memberi dampak besar bagi kelangsungan seluruh makhluk hidup. Sebagai bentuk pengakuan dan simbol kecintaan terhadap keanekaragaman hayati, pemerintah Indonesia juga telah menetapkan tiga puspa nasional dan tiga satwa nasional. Penetapan ini bertujuan untuk menumbuhkan rasa bangga sekaligus semangat masyarakat dalam menjaga kekayaan alam Indonesia.
Adapun tiga puspa nasional yang ditetapkan yaitu:
1. Puspa Bangsa: Melati (Jasminum Sambac)
2. Puspa Pesona: Anggrek (Palaenopsis Amabilis)
3. Puspa Langka: Padma Raksasa (Rafflesia Arnoldi)
Sedangkan tiga satwa nasional yang ditunjuk, antara lain:
1. Satwa Nasional: Komodo (Varanus Komodoensis)
2. Satwa Pesona: Ikan Situk Merah (Sclerophages Formosus)
3. Satwa Langka: Elang Jawa (Spizaetus Bartelsi)
Makna dan Relevansi Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional
Peringatan ini bukan sekadar seremoni tahunan, melainkan pengingat bahwa manusia dan alam tidak bisa dipisahkan. Setiap daun yang tumbuh, setiap hewan yang hidup, adalah bagian dari keseimbangan yang menjaga bumi tetap layak huni. Sayangnya, di tengah kemajuan zaman, kerusakan habitat, polusi, dan perburuan liar masih menjadi ancaman bagi keberlangsungan banyak spesies.
Melalui HCPSN, diharapkan tumbuh kesadaran bahwa cinta terhadap puspa dan satwa nasional dapat dimulai dari hal sederhana, tidak membeli produk yang berasal dari satwa dilindungi, menanam tumbuhan lokal di rumah, hingga ikut serta dalam kegiatan pelestarian lingkungan di sekitar kita.
Cinta terhadap puspa dan satwa sejatinya adalah cermin dari cara kita menghargai kehidupan itu sendiri. Ketika manusia belajar hidup berdampingan dengan alam, tidak merasa paling berkuasa atasnya, maka bumi pun akan memberi lebih dari yang kita bayangkan. Di balik setiap hembusan angin, riuh dedaunan, dan gerak hewan di alam liar, tersimpan pesan sederhana: kehidupan akan terus tumbuh jika kita mau menjaga dan memberi ruang bagi yang lain untuk hidup.