Hari Batik Nasional dan Hari Batik Dunia

Hari Batik Nasional dan Hari Batik Dunia


Risdawati
02/10/2025
13 VIEWS
SHARE

Saat kita mengenakan sehelai kain batik, sesungguhnya kita tengah membalut diri dengan sepotong sejarah, seni, dan filosofi warisan leluhur. Di balik coraknya yang memesona, tersimpan nilai budaya yang telah melintasi zaman dan generasi. Setiap tanggal 2 Oktober, bangsa Indonesia memperingati Hari Batik Nasional sebagai bentuk penghormatan terhadap warisan itu. Sebuah warisan yang tak hanya indah, tapi juga sarat makna.

Pengakuan Dunia dan Sejarah Penetapan

Peringatan Hari Batik Nasional sendiri berawal dari upaya panjang pengakuan batik sebagai warisan budaya tak benda oleh UNESCO. Upaya pengajuan batik dimulai pada 4 September 2008, Pemerintah Indonesia melalui Menko Kesejahteraan Rakyat secara resmi mengajukan batik ke UNESCO sebagai warisan budaya tak benda. Prosesnya tidak langsung diterima, melainkan melalui tahap verifikasi dan kajian mendalam.

Hingga akhirnya, pada 9 Januari 2009, UNESCO menyetujui batik sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi. Pengesahan resmi diumumkan pada sidang keempat Komite Antarpemerintah UNESCO di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, pada 2 Oktober 2009.

Pengakuan ini menegaskan kedudukan batik, tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di mata dunia, sebagai karya seni bernilai tinggi yang mencerminkan filosofi, tradisi, dan keberagaman budaya Nusantara. Untuk menindaklanjuti hal tersebut, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menetapkan tanggal 2 Oktober sebagai Hari Batik Nasional melalui Keputusan Presiden Nomor 33 tahun 2009 yang ditandatangani pada 17 November 2009.

Sejak saat itu, masyarakat Indonesia diajak mengenakan batik sebagai bentuk penghormatan dan apresiasi terhadap warisan budaya bangsa. Peringatan ini juga menjadi pengingat bahwa batik adalah karya seni yang perlu dijaga, diwariskan, dan dikembangkan agar tetap relevan di era modern.

Batik di Mata Dunia dan Peran Generasi Muda

Batik semakin mendunia. Beberapa tokoh dunia seperti Nelson Mandela, Barack Obama, dan artis-artis internasional pernah mengenakan batik dalam berbagai kesempatan. Di berbagai negara, terdapat komunitas pencinta batik dan perajin batik diaspora yang aktif memperkenalkan kain ini melalui pameran budaya, seminar, dan lokakarya.

Peran generasi muda juga tak bisa diabaikan. Mereka berhasil mengangkat batik menjadi tren fesyen yang kasual, modis, dan relevan dengan selera masa kini, menghubungkan nilai tradisional dan mode kontemporer. Selain itu, banyak anak muda yang terlibat langsung dalam bisnis batik baik sebagai desainer, pengrajin, maupun pengusaha, sehingga industri batik dapat terus berkembang. Hal ini juga diikuti oleh desainer internasional yang mengadopsi batik dalam desain fesyen mereka.

Hari Batik Nasional bukan sekadar seremoni tahunan atau kewajiban mengenakan batik setiap 2 Oktober. Ia adalah momen reflektif untuk mengingat bahwa di setiap helai kain batik, tertulis kisah bangsa, tangan-tangan terampil para perajin, serta nilai-nilai luhur yang diwariskan turun-temurun. Di tengah arus globalisasi dan budaya instan, batik menjadi penanda identitas yang tak lekang oleh waktu.

Kini, tugas kita bukan hanya melestarikan, tetapi juga menghidupkan batik dalam kehidupan sehari-hari menjadikannya bagian dari gaya hidup, ekspresi seni, bahkan gerakan ekonomi kreatif. Dengan begitu, batik bukan hanya milik masa lalu, tetapi juga bagian penting dari masa depan Indonesia. Mari kita jaga, lestarikan, dan banggakan batik, bukan hanya sebagai warisan budaya, tetapi sebagai warisan jiwa bangsa.

Perasaan kamu tentang artikel ini?

BACA JUGA