“Berbagi itu sudah seperti
kewajiban. Kalau saya melihatnya ya, jadi dari dulu saya kaya ngambil dari
teori gelas. Air itu kalo enggak kita tumpahkan enggak kita bagi, enggak bisa
diisi lagi. Jadi sama kaya konsep berbagi gitu kan, kalau kita memberi ya akan
diisi lagi. Kalau gelas kita gak kasih ke orang, ya gak bisa kita isi lagi
karena sudah penuh. Tapi, kalo kita bagi atau kita minum, ya kalo kita minum
sendiri akan kembung gitu kan istilahnya. Tapi, kalo kita bagi gelasnya bisa
diisi lagi. Nah, berbagi mungkin kaya gitu juga loh, jadi makin banyak kita
bagi Insyaallah akan diisi lagi semakin banyak juga,” ujarnya.
Muhammad Nasrul atau yang akrab disapa Nasrul merupakan salah satu muzaki di LAZ Al Azhar yang sejak lama memilih LAZ Al Azhar untuk berzakat, infak, dan juga sedekah. Memulai dari masa mudanya, Nasrul sudah membiasakan diri untuk melakukan pembayaran zakat 2,5% dari harta pendapatannya.
Nasrul menjelaskan, bahwa pertama
kali ia mengenal Al Azhar yaitu pada saat anaknya bersekolah di Al Azhar pada
tahun 90-an, dan dilanjut menunaikan zakat juga di LAZ Al Azhar. Salah satu
alasannya memilih Al Azhar adalah dengan model dan cara-cara Al Azhar berdakwah
yang lebih modern dan moderat. Banyak program-program bermanfaat yang diadakan
dengan rutin.
“Kalau untuk program kan biasa ada dakwahnya, saya lihat di Al Azhar kan Muhammadiyah ya tanda kutip ya, saya lebih suka yang modelan kaya gitu sih, dibanding dengan yang lain. Ya cenderung lebih modern lah Al Azhar dan juga Muhammadiyah. Yang saya lihat Muhammadiyah dan Al Azhar lebih modern moderat. Beda lah dengan kalo saya bandingin dengan yang lain, mereka lebih tradisional programnya,” ujarnya.
Menurutnya, berzakat di LAZ Al
Azhar memberikan ketenangan, program-program yang dijalankan juga bervariasi,
mulai dari pemberdayaan desa, RGI, pendampingan yatim dan duafa, juga program
sosial lainnya.
Mengenai makna berbagi, Nasrul menjelaskan bahwa berbagi adalah suatu hal yang positif, karna dalam berbagi, kita bisa menolong dan bermanfaat banyak bagi orang disekitar kita. Selain itu juga untuk mempererat ”hablumminannas” yaitu antar sesama umat manusia.
Baca juga: Kepercayaan Keluarga Leslywati Pada LAZ Al Azhar
Nasrul juga membagikan cara dalam mengajarkan serta mendidik anak-anaknya agar terbiasa untuk rajin bersedekah sedari kecil, salah satunya dengan memberikan contoh menanamkan nilai-nilai pentingnya sedekah juga. Mulai dari yang terdekat yaitu keluarga. Nasrul juga menceritakan bagaimana balasan yang didapatkan ketika umroh karena hasil bersedekah dalam mengajak anggota keluarganya ikut untuk ibadah umroh.
”Untuk menanamkan rasa cinta
berbagi, dimulai dengan kita memberikan contoh untuk anak-anak dan keluarga.
Contoh kecilnya seperti sedekah rutinan. Alhamdulillah, kemarin saya pergi
umroh sama keluarga. Tapi saya bilang ke istri, kalo kita pergi kaya gini
sayang, karena apa, karena dengan uang yang sama kita bisa mengajak orang lain
yang enggak mampu, jadi akhirnya kita setuju untuk pergi membawa 2 orang
kakak ipar yang memang belum mampu pergi ke sana. Alhamdulillah, selama
menjalankan ibadah disana kami diberikan kesehatan, kelancaran, dan kemudahan.”
ujarnya.
Tentang pelayanan di LAZ Al Azhar, Nasrul mengaku sudah cukup puas. Nasrul menambahkan hanya perlu pendeketan kepada muzakinya saja yang harus lebih ditingkatkan untuk kedepannya.
Nasrul menjelaskan bahwa untuk
mempunyai kebiasaan zakat, infak, dan juga sedekah tidak ada tips and trik
tertentu, tetapi itu semua harus dilandasi dengan kesadaran bahwa semua itu
merupakan berupa kewajiban yang harus dijalankan sebagai umat Islam, sudah
seharusnya muncul dari hati sendiri yang bergerak. Dan banyak lagi
manfaat-manfaat yang dirasakan setelah membiasakan diri untuk bersedekah secara
rutin.
”Seiring berjalannya waktu, kita
akan sadar yang kita cari apa karena ujungnya harus kembali. Mungkin kalau
orang-orang bilangnya tabungan akhiratlah, tapi sebenarnya ya semua orang punya
tabungannya, tapi kan lebih sukanya untuk di tabung di dunia atau di akhirat,
itu kembali untuk pilihan masing-masing,” tambahnya.