"Gue ngerasa kosong. Teman banyak, tapi hati tetap sepi. Hidup serasa jalan terus, tapi enggak tahu ke mana."
Kalimat seperti ini sudah jadi hal yang sering kita dengar dari anak-anak muda hari ini. Di balik senyuman dan unggahan media sosial yang tampak bahagia, ternyata banyak hati yang sedang gelisah. Hidup berjalan, tapi tanpa arah. Dunia terasa abu-abu.
Saat seseorang kehilangan tujuan hidup, mudah sekali tergelincir ke jalan yang salah. Tak sedikit yang mencoba “pelarian”: narkoba, seks bebas, atau sekadar “have fun” tanpa arah, hanya agar tidak merasa sendiri atau kosong. Padahal itu semua seperti benang kusut, semrawut!, sekali masuk, susah keluar.
Coba deh lihat sekeliling kita. Ada yang dulu ceria, kini jadi pemurung dan tertutup. Ada yang dulunya berprestasi, sekarang lebih sering nge-fly. Kita tidak bisa menutup mata, banyak anak muda yang perlahan “hilang”, bahkan saat mereka masih hidup.
Usia remaja sejatinya adalah masa pencarian jati diri, namun sayangnya mereka justru sering dijadikan pion oleh orang-orang dewasa yang tidak bertanggung jawab. Arus deras media sosial pun ikut berperan besar dengan banyak tersebarnya konten-konten negatif seperti pornografi, kekerasan, dan gaya hidup bebas. Remaja yang terpapar akan penasaran, lalu mencoba, dan akhirnya terjerumus. Jika hal ini terus dibiarkan lambat laun kehidupan generasi muda akan hancur. Mereka akan kehilangan arah, kehilangan masa depan.
Dampaknya? Tidak hanya bagi diri sendiri, tapi juga orang-orang di sekeliling. Mulai dari penyakit akibat seks bebas dan narkoba, gangguan psikologis seperti depresi dan trauma, hubungan yang rusak antara anak dan orang tua, hingga beban sosial di lingkungan yang ikut kecewa dan malu karena pergaulan bebas yang merusak.
Baca Juga: Cara Efektif Mengatasi Anak yang Ketagihan Gadget
Sesungguhnya, fenomena seperti ini sudah diingatkan Allah dalam Al-Quran. Dalam Surat Maryam ayat 59 disebutkan:
“Kemudian, datanglah setelah mereka (generasi) pengganti yang mengabaikan salat dan mengikuti hawa nafsu. Mereka kelak akan tersesat.” (QS. Maryam: 59).
Ayat ini menggambarkan generasi yang datang setelah para nabi dan rasul, namun menyimpang dari jalan yang lurus. Mereka meninggalkan salat, hidup mengikuti hawa nafsu dan secara terang-terangan melanggar larangan Allah seperti mabuk, berjudi, berzina, bahkan bersaksi palsu. Mereka inilah yang diancam Allah kecelakaan dan kerugian di dunia dan akhirat.
Sehubungan dengan ayat ini Abu Sa’id al-Khudri meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda:
“Akan datang suatu generasi sesudah enam puluh tahun, mereka melalaikan salat dan mengikuti hawa nafsu, maka orang-orang ini akan menemui kecelakaan dan kerugian. Kemudian datang lagi suatu generasi, mereka membaca Al-Quran tetapi hanya di kerongkongan (mulut) saja (tidak masuk ke hati) dan semua membaca Al-Quran, orang mukmin, orang munafik dan orang-orang jahat dan fasik (tidak dapat lagi dibedakan mana orang mukmin sejati dan mana orang yang berpura-pura beriman).” (Riwayat Aḥmad, Ibnu Ḥibbān dan al-Ḥākim).
Bahaya ini nyata. Generasi muda sedang berada di persimpangan. Mereka bisa jadi pemimpin masa depan atau justru korban zaman. Maka penting untuk selektif dalam memilih pergaulan dan lingkungan. Dekatlah dengan mereka yang membawa kebaikan, bukan kesesatan. Karena sejatinya, masa muda bukan untuk disia-siakan. Tapi untuk dibentuk agar kelak jadi cahaya bagi dunia, bukan malah tenggelam di dalam gelapnya.
Yuk! Zakat, infak, dan sedekah bersama LAZ Al Azhar. Hadirkan kebahagiaan dan kebermanfaatan yang lebih luas. Klik di sini.