“Ada tidur yang lebih dalam dari sekadar terpejamnya mata, yaitu tidurnya hati yang lupa pada Pencipta-Nya.”
Ada kalanya jiwa kita terlelap bukan karena tubuh lelah, tetapi karena kelalaian hati. Dunia yang gemerlap perlahan memanjakan kita dalam lupa, membuat hati merasa aman dalam kenyamanan semu. Sedikit demi sedikit, kita terbiasa hidup tanpa arah, lupa bahwa setiap detik yang berlalu adalah langkah menuju akhir. Hidup bukan sekadar untuk menikmati, melainkan untuk menyadari bahwa waktu tidak akan menunggu siapa pun yang masih terbuai.
Hakikat Dunia
Dunia memang tampak memesona, tetapi di balik kilaunya tersembunyi jebakan yang dapat membuat hati lalai. Karena itu Allah berfirman:
“Ketahuilah bahwa kehidupan dunia itu hanyalah permainan, kelengahan, perhiasan, dan saling bermegah-megahan di antara kamu serta berlomba-lomba dalam banyaknya harta dan anak keturunan…” (QS. Al-Hadid: 20).
Ayat ini mengingatkan kita bahwa kesenangan dunia bersifat sementara. Siapa yang terlena olehnya akan mudah kehilangan arah, sedangkan yang sadar akan menjadikannya sebagai jalan menuju akhirat.
Tanda Jiwa yang Terlena
Setelah memahami hakikat dunia, marilah menoleh ke dalam diri: apakah hati kita mulai tertidur? Tanda-tandanya sering kali halus, namun jelas bagi yang mau merenung. Kita bisa saja sibuk beribadah, tapi hati tetap terasa hampa. Doa terasa rutinitas, ibadah terasa formalitas, sementara dunia terus menarik perhatian dan mengisi ruang dalam jiwa yang seharusnya hanya untuk Allah Swt.
Waktu pun terus melaju, tanpa menoleh dan tanpa menunggu. Hari demi hari berlalu, namun sedikit pun tidak kita gunakan untuk memperbaiki diri atau mendekatkan diri pada Allah Ta’ala. Dunia tampak begitu memikat, sampai-sampai kita terlalu asyik mengejar pujian, harta, atau pengakuan orang lain, hingga melupakan tujuan hidup yang sejati. Inilah tanda bahwa hati telah terlalu terpaut pada dunia. Dan jiwa mulai terlena.
Dampak dan Bahaya Kelalaian
Jika dibiarkan, kelalaian hati membuat ibadah kehilangan makna. Jiwa terasa hampa, doa kehilangan kekhusyukan, dan waktu yang terus berjalan pun tidak memberikan bekas dalam kehidupan spiritual kita. Hati yang terlalu terpaut pada dunia sulit merasakan kedamaian sejati, karena ketenangan hanya datang dari mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala.
Cara Membangunkan Jiwa
Namun, jiwa yang terlelap masih bisa dibangunkan. Beberapa langkah yang bisa ditempuh:
1. Merenung dan muhasabah diri: mengevaluasi tujuan hidup, menilai amalan, dan memperbaiki arah hati.
2. Menghidupkan hati dengan zikir dan doa yang khusyuk: menghadirkan Allah dalam setiap aktivitas.
3. Mengurangi keterikatan pada dunia: menata prioritas antara kebutuhan dunia dan akhirat, mengingat fana-nya kehidupan.
4. Mengingat mati dan akhirat: menyadarkan diri bahwa setiap detik adalah kesempatan menuju kebahagiaan abadi.
Dengan kesadaran ini, hati yang terlena bisa kembali terjaga. Dunia tetap indah, tapi tidak lagi menguasai jiwa. Setiap detik yang dilewati menjadi jalan untuk mendekat kepada-Nya, dan jiwa pun menemukan ketenangan dalam cahaya-Nya.
Bangunlah, wahai jiwa yang terlelap. Sadari hakikat dunia, dan izinkan Allah menuntun setiap langkahmu. Ketenangan sejati tidak ditemukan dalam pujian, harta, atau pengakuan manusia, tetapi dalam hati yang terjaga, berserah, dan selalu mendekat kepada-Nya.