Manisnya Madu, Busuknya Sampah, dan Hikmah di Baliknya

Manisnya Madu, Busuknya Sampah, dan Hikmah di Baliknya


Risdawati
23/10/2025
266 VIEWS
SHARE

Di balik setiap ciptaan Allah, selalu tersimpan pelajaran yang lembut namun dalam. Dua makhluk kecil yang sering kita temui, yaitu lebah dan lalat, menjadi bukti bahwa kebesaran Allah Swt tidak selalu tampak dari ukuran, melainkan dari peran dan hikmah yang dibawanya.

Lebah menghasilkan madu yang manis dan menyembuhkan, simbol kerja keras dan kemurnian. Sementara lalat, meski sering dianggap kotor, justru berperan penting dalam membersihkan bumi dari sisa kehidupan. Dari keduanya, Allah memperlihatkan keseimbangan: satu memberi kehidupan, satu membersihkan kehidupan.

Karakteristik Lebah dan Lalat

Mari kita renungkan lebih jauh. Meskipun sama-sama termasuk serangga, lebah dan lalat memiliki keistimewaan yang sangat berbeda bahkan berlawanan, namun keduanya tetap membawa pelajaran berharga bagi manusia. 

Lebah memiliki karakter yang mulia. Ia hanya mengambil yang baik-baik dan menghasilkan yang baik-baik pula. Secara sosial, lebah hidup bermasyarakat dengan sangat teratur. Mereka memiliki pemimpin yang dipatuhi, sistem kerja yang rapi, dan semangat gotong royong yang luar biasa antara lebah pekerja dan lebah penjaga.

Hal itu karena lebah mendapatkan wahyu dari Allah dan mengamalkannya. Sebagaimana firman Allah Swt dalam surah An-Nahl ayat 68–69:

“Dan Tuhanmu mengilhamkan kepada lebah, ‘Buatlah sarang di gunung-gunung, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia, kemudian makanlah dari segala (macam) buah-buahan lalu tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu).’ Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berpikir.” (QS. An-Nahl: 68-69).

Ayat ini menunjukkan bahwa bahkan makhluk kecil seperti lebah pun mendapat bimbingan langsung dari Allah. Ia tunduk pada perintah-Nya dan menjadi simbol ketaatan serta kebermanfaatan. Dari tangan-tangan kecilnya lahir sesuatu yang manis, murni, dan menyembuhkan.

Sebaliknya, lalat kerap dipandang sebagai makhluk yang kotor dan mengganggu. Ia hinggap di tempat-tempat busuk dan sering membawa bibit penyakit. Namun, di balik itu, lalat memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan alam. Ia membantu menguraikan bangkai dan sisa-sisa kehidupan yang manusia buang, sehingga bumi tetap bersih dari penumpukan kotoran.

Allah Swt berfirman:

“…Dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, mereka tidak akan dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Sama lemahnya yang menyembah dan yang disembah.” (QS. Al-Hajj: 73).

Ayat ini menjadi pengingat bahwa manusia tidak memiliki kekuatan apa pun di hadapan ciptaan Allah. Seekor lalat saja tidak bisa mereka ciptakan atau lawan. Ini menegur kesombongan manusia, yang sering meremehkan makhluk kecil padahal semua tunduk pada kehendak-Nya.

Diriwayatkan dari Abu Hurairah radiyallahu’anhuma, bahwa Rasulullah swt bersabda: “Jika seekor lalat jatuh ke dalam minuman kamu, maka benamkanlah lalat itu sepenuhnya ke dalam minuman, lalu buanglah. Karena sesungguhnya pada sebelah sayapnya terdapat penyembuh (obat), manakala pada sebelah yang lain terdapat penyakit.” (HR. Bukhari).

Hadis ini, yang kini terbukti secara ilmiah, menunjukkan bahwa ciptaan Allah selalu seimbang. Di mana ada penyakit, di situ pula Allah letakkan penawarnya. Tidak ada ciptaan yang sia-sia.

Hikmah di Baliknya

Dari lebah, manusia belajar tentang ketaatan, kemurnian amal, dan kerja keras. Ia hanya mengambil yang baik dan menghasilkan manfaat bagi sesama. Dari lalat, manusia belajar kerendahan hati dan kesadaran ekologis bahwa tak ada makhluk yang diciptakan tanpa tujuan. Bahkan yang tampak hina pun membawa peran penting dalam menjaga kehidupan. 

Keduanya mengajarkan keseimbangan: lebah menggambarkan amal yang manis dan bermanfaat, sedangkan lalat mengingatkan akan pentingnya kebersihan dan kerendahan diri. Maka, antara manisnya madu dan busuknya sampah, tersimpan pesan bahwa setiap makhluk diciptakan untuk menjaga harmoni alam dan mengingatkan manusia akan kebesaran Allah Swt. Maka, Sudahkah kita yang diberi akal dan hati menjalankan peran kita di bumi sebaik mereka?

Perasaan kamu tentang artikel ini?

BACA JUGA