Tak Sekadar Mengolah Tanah, Tugiman Menanam Harapan untuk Keluarganya

Tak Sekadar Mengolah Tanah, Tugiman Menanam Harapan untuk Keluarganya


Eliyah
25/06/2025
6 VIEWS
SHARE

Tugiman (60), garis-garis di wajahnya bukan sekadar ukiran waktu, tapi jejak dari jalan panjang kehidupan. Pagi belum sempurna benar ketika langkah kaki Tugiman menyentuh pematang sawah. Angin berembus pelan seolah menyapa lelaki paruh baya yang perlahan menunduk, menyentuh tanah dengan tangan renta namun penuh cinta.

Dulu, di usia mudanya, Tugiman memilih merantau ke kota. Ia menjadi buruh pabrik. Hidup berputar dari pagi ke malam, hanya demi satu hal, yaitu memastikan kedua anaknya bisa sekolah, bisa makan, dan bisa bermimpi.

Tahun-tahun itu dilalui dengan kerja yang nyaris tanpa jeda. Tapi waktu, seperti tumbuhan yang tidak bisa dipaksa berbuah dalam semalam. Pada akhirnya ia sadar bahwa tubuh ini punya batas. Dan ketika batas itu terasa, ia pulang.

Wonogiri menyambutnya dengan tanah yang menyimpan banyak potensi. Di kampung halamannya, di lingkungan Siyono, Kelurahan Ngadirejo, Eromoko, Tugiman melihat tanah bukan sekadar hamparan lumpur dan ilalang, tapi ladang harapan. Ia mulai menanam padi, belajar dari tetangga, dari musim, dan dari kesabaran.

Musim demi musim dilalui. Sawah itu bukan hanya lahan, tapi teman. Setelah padi berhasil, ia mencoba menanam sayur dari sisa lahannya, seperti menanam terong, bayam, kacang panjang, dan sawi. Perlahan tapi pasti, pertaniannya berhasil dan berkembang. Panen yang ia dapatkan bukan sekadar hasil, tapi bagian dari kepastian bahwa ia tidak salah memilih jalan pulang dan mengambil peluang di desanya.

Kini, hasil pertanian itulah yang membesarkan anak-anaknya. Mereka telah lulus, sudah bekerja, berdiri di atas kaki mereka sendiri berkat tangan lembut seorang ayah yang tak pernah menyerah, dan ladang sederhana yang ia rawat dengan cinta dan kasih.

Tugiman, adalah salah satu anggota Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Gemah Ripah. Program yang diinisiasi oleh Lembaga Amil Zakat (LAZ) Al Azhar ini telah melahirkan banyak para petani desa yang berdaya dan mandiri. Bukan sekadar potensi lahan di desanya, berkat dorongan semangat, pelatihan, dan pendampingan yang berkelanjutan membawa Tugiman menjadi petani produktif di usianya saat ini. Keberhasilan tersebut tidak luput dari dorongan Dai Sahabat Masyarakat (Dasamas) LAZ Al Azhar yang telah memberikan pendampingan dan meningkatkan pemberdayaan masyarakat desa.

Bukankah ini menjadi contoh nyata bahwa pertanian yang dikelola dengan baik, disuntik dengan semangat dan dorongan dari program yang terencana akan menghasilkan perubahan untuk perekonomian masyarakat desa. Tugiman, memberi kaca mata baru bahwa pertanian mampu menjadi penopang kehidupan. Tak perlu luas, tak perlu canggih. Cukup dengan ketekunan, kesungguhan, dan kesabaran dalam proses pengelolaannya.

Perasaan kamu tentang artikel ini?

BACA JUGA