Saleh Al-Jafarawi, Jurnalis dan Aktivis Palestina, Jadi Korban Kekerasan Milisi

Saleh Al-Jafarawi, Jurnalis dan Aktivis Palestina, Jadi Korban Kekerasan Milisi


Risdawati
13/10/2025
39 VIEWS
SHARE

Jurnalis Saleh Al-Jafarawi telah dikonfirmasi syahid saat meliput bentrokan sengit antara pasukan keamanan dan milisi bersenjata yang terafiliasi dengan penjajah Israel. Al-Jafarawi ditembak di lingkungan Sabra, selatan Kota Gaza, hanya beberapa hari setelah kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas mulai berlaku.

Aktivis media sosial menyebarkan foto jurnalis tersebut beberapa saat setelah kesyahidannya, yang mengkonfirmasi bahwa Al-Jafarawi telah diculik dan dieksekusi oleh militan dari klan keluarga Daghmash. Badan verifikasi berita Al Jazeera, Sanad, telah mengonfirmasi rekaman yang menunjukkan tubuh Al-Jafarawi masih mengenakan rompi bertuliskan “PRESS” tergeletak di atas kendaraan terbuka. Ia dilaporkan hilang sejak Minggu pagi.

Menurut koresponden Al Jazeera, Nour Khaled, milisi bersenjata menargetkan sejumlah pemuda di lingkungan Sabra, termasuk jurnalis Saleh Al-Jafarawi yang mengalami pemukulan dan penyiksaan hingga ditembak sebanyak tujuk kali. Kementerian Dalam Negeri Gaza juga menyatakan bahwa geng atau milisi tersebut menargetkan para pengungsi saat mereka kembali dari selatan Jalur Gaza ke Kota Gaza.

Saleh Al-Jafarawi adalah lulusan Ilmu Komunikasi dari Universitas Islam Gaza. Sebagai jurnalis, ia terkenal dengan liputannya yang mendokumentasikan genosida di Gaza dan kejahatan penjajah selama dua tahun terakhir. Selain itu, ia dikenal karena sikapnya yang mendukung perlawanan Palestina serta sebagai inisiator masyarakat dan aktivis dalam pekerjaan amal. Karena itu, Israel menempatkan Al-Jafarawi sebagai target untuk dibunuh, sama seperti sahabatnya As-syahid Anas Jamal Al-Syarif.

Dalam wawancara dengan Al Jazeera pada Januari, Al-Jafarawi mengenang masa-masa sulitnya sebagai pengungsi dari Gaza utara selama konflik bersenjata. Ia menegaskan:

“Semua pengalaman dan keadaan yang saya alami selama 467 hari ini tidak akan pernah hilang dari ingatan. Sejujurnya, saya hidup dalam ketakutan setiap detik, terutama setelah mendengar apa yang dikatakan oleh pendudukan Israel tentang saya. Saya hidup dari detik ke detik, tanpa tahu apa yang akan terjadi setelahnya,”

Ironisnya, ketakutan yang ia rasakan terhadap ancaman tersebut akhirnya menjadi kenyataan. Gugurnya Saleh Al-Jafarawi meninggalkan luka mendalam bagi rekan jurnalis, warga Gaza dan masyarakat yang bebas di dunia. 

Pesan terakhir jurnalis syahid Saleh Al-Jafarawi setelah pengumuman penghentian perang menjadi seruan penuh harapan dari reruntuhan:

“Kalian butuh satu juta tahun untuk mematahkan tekad rakyat Palestina, dan kalian tidak akan mematahkan itu.

Sangat sedih dengan kondisi dan tingkat kehancuran yang sangat besar, serta puluhan syuhada dan keluarga mereka, tapi kami adalah rakyat yang mencintai kehidupan dan pantas mendapatkannya, dan orang-orang mulai membangun kembali sebelum pembangunan resmi dimulai.

Terima kasih kepada setiap orang, pihak, atau bangsa, terima kasih kepada semua yang berdiri bersama rakyat kami, terutama selama perang.”

Kini, Al-Jafarawi menjadi bagian dari statistik yang mengerikan. Lebih dari 270 jurnalis telah gugur dalam konflik di Gaza sejak Oktober 2023, menjadikannya konflik paling mematikan bagi pekerja media dalam sejarah modern. Namun lebih dari angka, mereka adalah suara kebenaran yang dibungkam oleh peluru, tetapi tidak pernah benar-benar hilang. Dalam diamnya, suara Al-Jafarawi justru menjadi gema yang lebih nyaring bagi dunia.

Perasaan kamu tentang artikel ini?

BACA JUGA