Ada masa ketika kamu telah memberi segalanya seperti perhatian, waktu, bahkan hatimu, namun tetap terasa seolah keberadaanmu tak berarti. Perlahan kamu mulai bertanya, “Apakah aku memang tidak cukup?” Padahal sering kali, bukan kamu yang kurang, melainkan tempat itu yang tak mampu menghargai kehadiranmu. Dan mungkin, saatnya kamu belajar melepaskan, bukan memaksa untuk tetap bertahan.
Kepergianmu bukan karena lemah atau menyerah, melainkan terus berada di tempat yang salah hanya akan merusak hatimu. Karena hidup ini bukan soal bertahan, tapi tentang menjaga harga diri dan tetap berada di jalan yang diridai Allah.
Merasa diremehkan, tak dipedulikan, bahkan disingkirkan memang bisa membuat hati rapuh dan lelah, namun jangan larut dalam kesedihan. Sebab, nilai dirimu tak ditentukan oleh manusia, tapi oleh Allah yang mengetahui tulusnya niat dan bersihnya hatimu.
Imam Syafi’i rahimahullah pernah berkata: “Hargai dirimu, dan jangan kau letakkan dirimu di tempat yang tidak pantas. Karena ada sebagian orang tidak mengetahui nilai emas, maka mereka menganggapnya seperti batu biasa.”
Banyak orang yang memilih pergi dari tempat yang salah, bukan karena tak mampu bertahan, tapi karena menyadari bahwa tidak semua tempat mampu menghargai kebaikan. Dari rasa sakit dan pengalaman yang pernah dialami, kita menjadi mengerti bahwa menghargai dan dihargai adalah dua hal penting yang seharusnya dimiliki setiap orang. Sebab tanpa saling menghargai, hubungan apa pun bentuknya tidak akan bertahan lama.
Maka, jika kamu merasa asing di tengah-tengah orang yang tak menghargai niat baikmu, jangan berkecil hati. Sebab, Rasulullah saw pun pernah dianggap gila, pembohong, bahkan dimusuhi oleh kaumnya sendiri, padahal beliau adalah sebaik-baiknya manusia.
Di sinilah kita belajar: ketika dunia tak memahami ketulusanmu, bukan berarti kamu harus berhenti berbuat baik. Karena penghargaan sejati bukan datang dari manusia, melainkan dari Allah. Sebagaimana perkataan Ibnu Qayyim al-Jauziyyah rahimahullah:
“Jangan terlalu menggantungkan dirimu pada manusia, karena mereka sering mengecewakan. Gantungkanlah hatimu hanya pada Allah, yang tidak pernah mengecewakan harapan hamba-Nya.”
Ingatlah, kamu tidak diciptakan untuk menyenangkan semua orang. Tak setiap hati akan memahami jalan pikiran, niat, atau perjuanganmu. Tapi Allah tahu segalanya. Dia Maha Melihat setiap sabar yang kau simpan, setiap diam yang kau tahan, dan setiap kebaikan yang mungkin tak pernah disadari orang lain.
Maka, ketika kamu tak lagi dihargai di suatu tempat, jangan biarkan hatimu dipenuhi dendam. Cukup doakan mereka dengan kebaikan, lalu melangkahlah pergi dengan tenang. Sebab, ketenangan jauh lebih berharga daripada pengakuan semu.
Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah pernah berpesan: “Ketika engkau tidak dikenal oleh manusia, dan tidak diangkat oleh mereka, maka itulah saat di mana engkau sedang dimuliakan oleh Allah, jika engkau istiqamah di jalan-Nya.”
Pada akhirnya, hidup bukan tentang seberapa banyak orang yang mengerti dan menghargai kita, melainkan tentang seberapa tulus kita tetap berbuat baik meski tak selalu dimengerti. Jangan risau jika manusia berpaling, selama Allah masih menatapmu dengan kasih. Tenangkan hatimu, karena di setiap kepergian yang kamu relakan, selalu ada kedamaian yang Allah sisakan untukmu.