Rajamandala - Di sebuah saung sederhana di Desa Rajamandala, puluhan peternak berkumpul sejak pagi. Mereka datang dengan satu harapan: memahami cara membesarkan bebek Cihateup, plasma nutfah Tasikmalaya yang belakangan kembali naik pamor, pada Jumat (14/11). Di Saung Ilmu itulah, Lembaga Amil Zakat (LAZ) Al Azhar bersama Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Rajapolah menggelar penyuluhan budidaya bebek bagi anggota Poktan Harapan Jaya, dengan dukungan Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah (DEKS) Bank Indonesia.
Kegiatan ini menjadi bagian dari upaya memperkuat kapasitas peternak desa, sekaligus mendorong peningkatan kualitas produksi komoditas unggulan lokal. Bebek Cihateup, yang dikenal bertubuh tinggi dan produktif menghasilkan telur, disebut sebagai salah satu ternak dengan prospek ekonomi paling menjanjikan di wilayah Tasikmalaya.
Di hadapan para peserta, Maman Abdurrahman, pakar sekaligus praktisi peternakan Bebek Cihateup yang telah lama malang melintang di tingkat nasional, memaparkan serangkaian kiat beternak yang efisien. Mulai dari memilih bibit unggul, meracik pakan yang tepat guna, hingga menangkal penyakit yang kerap menghantui peternakan rakyat.
“Bebek Cihateup adalah kekayaan genetik lokal yang sudah diakui. Dengan manajemen yang baik, potensi ekonominya sangat besar, bahkan bisa menembus pasar nasional,” ujar Maman.
Materi yang dibawakan Maman tak hanya bersifat teknis. Ia juga menekankan pentingnya peternak memahami perilaku ternak, mengatur siklus produksi, dan memastikan kebersihan kandang. Hal-hal mendasar yang sering terabaikan, tetapi menentukan keberhasilan.
Kolaborasi antara LAZ Al Azhar dan BPP Rajapolah dalam kegiatan ini menunjukkan jalinan sinergi antara lembaga filantropi, pemerintah, dan sektor keuangan. Dukungan DEKS Bank Indonesia menjadi penanda bahwa pengembangan peternakan rakyat kini turut masuk dalam agenda penguatan ekonomi desa.
Bagi Poktan Harapan Jaya, penyuluhan ini menjadi langkah awal untuk menata ulang pola budidaya mereka. Harapannya, ilmu yang dipetik dapat langsung diterapkan di kandang-kandang desa, sehingga produksi meningkat, pendapatan peternak bertambah, dan yang terpenting adalah Bebek Cihateup tetap lestari sebagai kekayaan genetik lokal Tasikmalaya.