Miftah Farid,
sosok pendamping desa yang dikenal hangat dan mempunyai dedikasi tinggi dalam
membersamai masyarakat. Menjadi
agen perubahan yang bekerja di
garis depan, langsung bersama masyarakat desa, dan bertugas mendampingi,
memotivasi, serta memberi arahan dalam berbagai program pemberdayaan desa
menjadi pilihan menantang bagi dirinya.
Miftah sapaan
akrabnya, telah menjadi Dasamas (Dai sahabat masyarakat) yang mengabdi selama
24 jam membersamai masyarakat di Desa Tanjungpura, Kecamatan Rajapolah,
Kabupaten Tasikmalaya. Berusia 28 tahun, Miftah memiliki latar belakang
pendidikan dari Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) Bogor dengan
program studi Penyuluhan Peternakan dan Kesejahteraan Hewan.
“Saya memulai karir sebagai Dasamas pada akhir 2019 dan pertama kali bertugas di Bandung Barat selama sekitar satu tahun, sebelum ditugaskan di Desa Tanjungpura pada awal 2021,” ujarnya.
Kondisi
Desa Tanjungpura
Desa ini terletak di dataran rendah, sekitar 400-500 meter di atas permukaan laut, dan memiliki luas wilayah mencapai 157 hektar. Mayoritas masyarakat Desa Tanjungpura bekerja di sektor pertanian, terutama dalam budidaya padi dan beberapa jenis hortikultura. Selain itu, terdapat sebagian kecil masyarakat yang menggeluti bidang peternakan. Keadaan geografis dan sumber daya alam di desa ini mendukung masyarakat untuk fokus pada pertanian dan peternakan sebagai mata pencaharian utama.
Perjalanan
Karir
Miftah menjalani tugas sebagai Dasamas
dengan penuh komitmen sejak akhir 2019. Dengan keahlian, dedikasi, dan
semangatnya, Miftah membantu menciptakan desa yang lebih mandiri, produktif,
dan sejahtera. Tentu, ini bukanlah hal yang mudah, butuh berbagai gebrakan
inovatif, menarik, dan yang terpenting adalah mengikuti kearifan lokal yang
berlaku di desa tersebut.
Pada mulanya, Miftah bertugas untuk
melakukan pemberdayaan di Desa yang terletak di Bandung Barat. Hingga kemudian,
Miftah mendapatkan tugas untuk menjadi pendamping Desa Tanjungpura, Tasikmalaya
pada tahun 2021 hingga saat ini.
Transformasi Desa Tanjungpura
Tanjungpura, desa yang subur dengan hasil pertanian yang melimpah ruah. Namun sayangnya, potensi tersebut belum berkembang dengan baik. Masyarakat di Desa Tanjungpura dalam melakukan kegiatan ekonomi atau transaksi umumnya sudah dapat mempraktikan akad sesuai syariah, dalam hal ini akad salam, namun masyarakat belum benar-benar mengenal akad salam, sistem, administrasi, serta pencatatannya. Meskipun mayoritas masyarakatnya bekerja di bidang pertanian, pada kenyataannya para petani desa tidak memiliki fasilitas yang memadai, salah satunya lumbung padi.
Desa ini tidak memiliki lumbung dan penggilingan padi. Hal ini menyebabkan warga desa harus menggiling padi di luar desa dengan harga yang lebih tinggi dan waktu yang lebih lama. Selain itu, masyarakat yang sebagian kecilnya menjadi seorang peternak masih mengalami keterbatasan ekonomi yang menyebabkan hewan ternaknya habis sehingga peternakan tidak berjalan sebagaimana mestinya.
Sejak adanya pemberdayaan, masyarakat Desa Tanjungpura mulai memahami akad salam dalam transaksi, yang membantu mereka mengelola harga dan administrasi dengan lebih baik. Masyarakat juga dapat lebih memahami terkait proses dari hulu ke hilirnya. Pada bidang pertanian sendiri, pemberdayaan dilakukan dengan pengadaan lumbung pangan dan penggilingan padi, yang memberikan kemudahan dengan harga yang lebih murah dan proses yang efisien. Selain itu, masyarakat yang ingin beternak domba mendapat dukungan berupa fasilitas kandang dan ternak dari LAZ Al Azhar.
Kolaborasi dan Mitra Kejasama
Bergeraknya semua
lini sektor pemberdayaan tidak luput dari hadirnya dukungan dari berbagai pihak
dan mitra. Program pemberdayaan Desa Tanjungpura mendapat dukungan dari Bank
Indonesia (BI) sebagai donatur utama
serta dari LAZ Al Azhar. Dalam pelaksanaannya, Miftah bekerja sama dengan
berbagai pihak, termasuk pemerintah desa, tokoh masyarakat, penyuluh, dan pihak
terkait lainnya, untuk memaksimalkan potensi sumber daya manusia (SDM) dan
sumber daya alam (SDA) yang ada di Desa Tanjungpura.
Instrumen
Pemberdayaan Desa
Saung
Ilmu
Saung Ilmu
yang ada di Desa Berdikari hadir sebagai pusat edukasi, interaksi, dan
perencanaan program masyarakat. Di saung ini para warga dapat meng-upgrade
skill dan knowledge mereka dalam bertani, karena selama ini cara
warga menanam hanya mengandalkan ilmu turun temurun. Hasilnya, tidak hanya
berdampak pada produktivitas pertanian yang meningkat. Kekompakan dan keguyuban
antar warga pun semakin tercipta erat.
Dasamas
Program Desa
Berdikari dimotori oleh seorang pendamping desa yang disebut Dasamas (Da’i
Sahabat Masyarakat). Miftah Farid yang ditugaskan di Desa Tanjungpura setiap
hari bertugas mendampingi warga, memotivasi, dan mengontrol program agar bisa
berjalan sesuai dengan harapan.
RMU
Penggilingan
padi atau Rice Milling Unit (RMU) dihadirkan dekat dengan lokasi pertanian
milik warga. Tujuannya agar petani bisa lebih hemat waktu dan biaya dalam
menggiling hasil panen mereka. RMU dikelola oleh kelompok, serta menerima jasa
penggilingan untuk petani dari luar Desa Tanjungpura. Setiap pendapatan yang
diterima akan dikalkulasi dan keuntungannya akan dibagikan kepada kelompok,
pengurus serta mendukung kegiatan sosial kemasyarakatan di Desa Tanjungpura.
Selain itu, limbah sekam dari hasil penggilingan bisa diolah menjadi pupuk
kompos yang juga bernilai ekonomi.
Produk
Unggulan Desa
Desa Tanjungpura memiliki produk
unggulan seperti beras Tanjungwangi dan ternak domba. Selain itu terdapat
produk tambahan lainnya, yaitu pupuk organik dan selada bokor. Pengembangan
beras dilakukan dengan peningkatan skala produksi dan perluasan pemasaran. Hal
ini diharapkan agar pemasarannya dapat berkelanjutan sehingga meningkatkan
penjualan produk dan masyarakat lebih maju karena merasakan manfaat lebih dari
peningkatan pendapatannya. Selain itu, ternak domba dikelola dengan
meningkatkan kualitasnya melalui pemeriksaan kesehatan secara rutin dan tampilan
kondisi fisik domba untuk kebutuhan kurban dan akikah.
Capaian
dan Dampak Positif
Pendampingan dalam akad salam yang
diterapkan di desa membantu para petani dalam memperoleh permodalan melalui RPP
(Rumah Pembiayaan Petani). Sistem ini memberikan solusi atas keterbatasan
modal, memungkinkan petani untuk terus mengembangkan usaha mereka. Selain itu,
dampak sosial dari program-program pemberdayaan yang ada tercermin dalam peningkatan kebersamaan dan
kerjasama antar anggota masyarakat yang membangun nilai-nilai solidaritas
sosial. Para anggota dan pengurus kelompok tani serta masyarakat luas menjadi
lebih sadar akan potensi diri dan lebih siap untuk mengembangkan kapasitas
mereka, baik dalam hal akses permodalan maupun pemasaran produk.
Miftah, memiliki harapan besar untuk
masa depan Desa Tanjungpura dan sekitarnya. Ia berharap desa ini terus maju dan
berkembang, bukan hanya untuk kelompok, para pengurus, dan anggota tetapi untuk
seluruh masyarakat agar dapat mencapai kehidupan yang lebih sejahtera.
“Kami berupaya terus membersamai hingga akses pemasaran produk desa dapat diperluas dan semakin mudah didapatkan masyarakat umum, sehingga perekonomian desa terus meningkat dan berkembang merata untuk kesejahteraan bersama,” tambahnya.
“Alhamdulillah, setelah adanya LAZ Al Azhar saya terbantu masalah permodalan pertanian melalui program RPP dengan akad salam, sehingga saya lebih mudah mengakses permodalan jika kekurangan modal. Selain itu, kelompok juga mulai berkembang dan mempunyai hasil usaha kelompok yang digunakan untuk kegiatan sosial seperti, santunan anak yatim, posyandu, kegiatan pemuda, masjid, dan madrasah. Terima kasih kepada LAZ Al Azhar dan Deks BI yang telah hadir di desa kami. Mudah-mudahan semua menjadi keberkahan bersama. Aamiin Ya Allah Ya Rabbal Alaamiin,” ujar Lili Sadeli (38), anggota KSM Tanjungpolah Berdikari