Muda, Berdedikasi, dan Inspiratif: Kisah Miftah Farid, Pendamping Desa yang Membawa Perubahan

Muda, Berdedikasi, dan Inspiratif: Kisah Miftah Farid, Pendamping Desa yang Membawa Perubahan


Siti Adidah
18/11/2024

Miftah Farid, sosok pendamping desa yang dikenal hangat dan mempunyai dedikasi tinggi dalam membersamai masyarakat. Menjadi agen perubahan yang bekerja di garis depan, langsung bersama masyarakat desa, dan bertugas mendampingi, memotivasi, serta memberi arahan dalam berbagai program pemberdayaan desa menjadi pilihan menantang bagi dirinya.

Miftah sapaan akrabnya, telah menjadi Dasamas (Dai sahabat masyarakat) yang mengabdi selama 24 jam membersamai masyarakat di Desa Tanjungpura, Kecamatan Rajapolah, Kabupaten Tasikmalaya. Berusia 28 tahun, Miftah memiliki latar belakang pendidikan dari Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) Bogor dengan program studi Penyuluhan Peternakan dan Kesejahteraan Hewan.

“Saya memulai karir sebagai Dasamas pada akhir 2019 dan pertama kali bertugas di Bandung Barat selama sekitar satu tahun, sebelum ditugaskan di Desa Tanjungpura pada awal 2021,” ujarnya.


Kondisi Desa Tanjungpura

Desa ini terletak di dataran rendah, sekitar 400-500 meter di atas permukaan laut, dan memiliki luas wilayah mencapai 157 hektar. Mayoritas masyarakat Desa Tanjungpura bekerja di sektor pertanian, terutama dalam budidaya padi dan beberapa jenis hortikultura. Selain itu, terdapat sebagian kecil masyarakat yang menggeluti bidang peternakan. Keadaan geografis dan sumber daya alam di desa ini mendukung masyarakat untuk fokus pada pertanian dan peternakan sebagai mata pencaharian utama.

Perjalanan Karir

Miftah menjalani tugas sebagai Dasamas dengan penuh komitmen sejak akhir 2019. Dengan keahlian, dedikasi, dan semangatnya, Miftah membantu menciptakan desa yang lebih mandiri, produktif, dan sejahtera. Tentu, ini bukanlah hal yang mudah, butuh berbagai gebrakan inovatif, menarik, dan yang terpenting adalah mengikuti kearifan lokal yang berlaku di desa tersebut.

Pada mulanya, Miftah bertugas untuk melakukan pemberdayaan di Desa yang terletak di Bandung Barat. Hingga kemudian, Miftah mendapatkan tugas untuk menjadi pendamping Desa Tanjungpura, Tasikmalaya pada tahun 2021 hingga saat ini.

 

Transformasi Desa Tanjungpura

Tanjungpura, desa yang subur dengan hasil pertanian yang melimpah ruah. Namun sayangnya, potensi tersebut belum berkembang dengan baik. Masyarakat di Desa Tanjungpura dalam melakukan kegiatan ekonomi atau transaksi umumnya sudah dapat mempraktikan akad sesuai syariah, dalam hal ini akad salam, namun masyarakat belum benar-benar mengenal akad salam, sistem, administrasi, serta pencatatannya. Meskipun mayoritas masyarakatnya bekerja di bidang pertanian, pada kenyataannya para petani desa tidak memiliki fasilitas yang memadai, salah satunya lumbung padi.

Desa ini tidak memiliki lumbung dan penggilingan padi. Hal ini menyebabkan warga desa harus menggiling padi di luar desa dengan harga yang lebih tinggi dan waktu yang lebih lama. Selain itu, masyarakat yang sebagian kecilnya menjadi seorang peternak masih mengalami keterbatasan ekonomi yang menyebabkan hewan ternaknya habis sehingga peternakan tidak berjalan sebagaimana mestinya.

Sejak adanya pemberdayaan, masyarakat Desa Tanjungpura mulai memahami akad salam dalam transaksi, yang membantu mereka mengelola harga dan administrasi dengan lebih baik. Masyarakat juga dapat lebih memahami terkait proses dari hulu ke hilirnya. Pada bidang pertanian sendiri, pemberdayaan dilakukan dengan pengadaan lumbung pangan dan penggilingan padi, yang memberikan kemudahan dengan harga yang lebih murah dan proses yang efisien. Selain itu, masyarakat yang ingin beternak domba mendapat dukungan berupa fasilitas kandang dan ternak dari LAZ Al Azhar.

Kolaborasi dan Mitra Kejasama

Bergeraknya semua lini sektor pemberdayaan tidak luput dari hadirnya dukungan dari berbagai pihak dan mitra. Program pemberdayaan Desa Tanjungpura mendapat dukungan dari Bank Indonesia  (BI) sebagai donatur utama serta dari LAZ Al Azhar. Dalam pelaksanaannya, Miftah bekerja sama dengan berbagai pihak, termasuk pemerintah desa, tokoh masyarakat, penyuluh, dan pihak terkait lainnya, untuk memaksimalkan potensi sumber daya manusia (SDM) dan sumber daya alam (SDA) yang ada di Desa Tanjungpura.

 

Instrumen Pemberdayaan Desa

Saung Ilmu

Saung Ilmu yang ada di Desa Berdikari hadir sebagai pusat edukasi, interaksi, dan perencanaan program masyarakat. Di saung ini para warga dapat meng-upgrade skill dan knowledge mereka dalam bertani, karena selama ini cara warga menanam hanya mengandalkan ilmu turun temurun. Hasilnya, tidak hanya berdampak pada produktivitas pertanian yang meningkat. Kekompakan dan keguyuban antar warga pun semakin tercipta erat.

Dasamas

Program Desa Berdikari dimotori oleh seorang pendamping desa yang disebut Dasamas (Da’i Sahabat Masyarakat). Miftah Farid yang ditugaskan di Desa Tanjungpura setiap hari bertugas mendampingi warga, memotivasi, dan mengontrol program agar bisa berjalan sesuai dengan harapan.

RMU

Penggilingan padi atau Rice Milling Unit (RMU) dihadirkan dekat dengan lokasi pertanian milik warga. Tujuannya agar petani bisa lebih hemat waktu dan biaya dalam menggiling hasil panen mereka. RMU dikelola oleh kelompok, serta menerima jasa penggilingan untuk petani dari luar Desa Tanjungpura. Setiap pendapatan yang diterima akan dikalkulasi dan keuntungannya akan dibagikan kepada kelompok, pengurus serta mendukung kegiatan sosial kemasyarakatan di Desa Tanjungpura. Selain itu, limbah sekam dari hasil penggilingan bisa diolah menjadi pupuk kompos yang juga bernilai ekonomi.

 

Produk Unggulan Desa

Desa Tanjungpura memiliki produk unggulan seperti beras Tanjungwangi dan ternak domba. Selain itu terdapat produk tambahan lainnya, yaitu pupuk organik dan selada bokor. Pengembangan beras dilakukan dengan peningkatan skala produksi dan perluasan pemasaran. Hal ini diharapkan agar pemasarannya dapat berkelanjutan sehingga meningkatkan penjualan produk dan masyarakat lebih maju karena merasakan manfaat lebih dari peningkatan pendapatannya. Selain itu, ternak domba dikelola dengan meningkatkan kualitasnya melalui pemeriksaan kesehatan secara rutin dan tampilan kondisi fisik domba untuk kebutuhan kurban dan akikah.

 

Capaian dan Dampak Positif

Pendampingan dalam akad salam yang diterapkan di desa membantu para petani dalam memperoleh permodalan melalui RPP (Rumah Pembiayaan Petani). Sistem ini memberikan solusi atas keterbatasan modal, memungkinkan petani untuk terus mengembangkan usaha mereka. Selain itu, dampak sosial dari program-program pemberdayaan yang ada  tercermin dalam peningkatan kebersamaan dan kerjasama antar anggota masyarakat yang membangun nilai-nilai solidaritas sosial. Para anggota dan pengurus kelompok tani serta masyarakat luas menjadi lebih sadar akan potensi diri dan lebih siap untuk mengembangkan kapasitas mereka, baik dalam hal akses permodalan maupun pemasaran produk.

Miftah, memiliki harapan besar untuk masa depan Desa Tanjungpura dan sekitarnya. Ia berharap desa ini terus maju dan berkembang, bukan hanya untuk kelompok, para pengurus, dan anggota tetapi untuk seluruh masyarakat agar dapat mencapai kehidupan yang lebih sejahtera.

“Kami berupaya terus membersamai hingga akses pemasaran produk desa dapat diperluas dan semakin mudah didapatkan masyarakat umum, sehingga perekonomian desa terus meningkat dan berkembang merata untuk kesejahteraan bersama,” tambahnya.

“Alhamdulillah, setelah adanya LAZ Al Azhar saya terbantu masalah permodalan pertanian melalui program RPP dengan akad salam, sehingga saya lebih mudah mengakses permodalan jika kekurangan modal. Selain itu, kelompok juga mulai berkembang dan mempunyai hasil usaha kelompok yang digunakan untuk kegiatan sosial seperti, santunan anak yatim, posyandu, kegiatan pemuda, masjid, dan madrasah. Terima kasih kepada LAZ Al Azhar dan Deks BI yang telah hadir di desa kami. Mudah-mudahan semua menjadi keberkahan bersama. Aamiin Ya Allah Ya Rabbal Alaamiin,” ujar Lili Sadeli (38), anggota KSM Tanjungpolah Berdikari

BACA JUGA