Malu pada Rasulullah, tetapi Tidak Malu kepada Allah

Malu pada Rasulullah, tetapi Tidak Malu kepada Allah


Eliyah
25/07/2024

Dahulu, ada seorang lelaki datang kepada Rasulullah saw. untuk menyatakan taubat atas dosa-dosa yang dilakukannya.

“Wahai baginda Rasul, aku telah melakukan maksiat. Maka, sucikanlah diriku ini,” kata lelaki itu menyesal.

“Apa maksiat yang kau perbuat?” tanya Rasulullah.

“Aku malu untuk menjelaskannya.”

“Kau malu menceritakan dosamu, lantas kenapa kau tidak malu kepada Allah Swt? Padahal Dia melihatmu. Berdirilah dan pergilah sebelum api neraka menimpa kita semua!

Sahabat, sepenggal kisah ini memberikan pembelajaran yang sangat berarti sekali untuk kita. Mengapa kita lebih malu maksiat diketahui oleh manusia, tetapi tidak memiliki rasa malu sedikit pun kepada Allah? Sungguh, seorang muslim tidak akan berbuat maksiat kecuali rasa malunya telah hilang. Ibnu Abbas berkata, “Tidak punya rasa malu dengan malaikat pencatat amal yang berada di kanan dan kirimu ketika engkau berbuat dosa adalah sebuah dosa yang lebih besar dibandingkan dosa itu sendiri.”

Sekecil apapun perbuatan yang kita lakukan, entah itu baik atau buruk, akan dicatat amalnya. Sebagai manusia biasa, mari kita usahakan untuk menjadi hamba yang mengerjakan perintahnya dan menjauhi larangannya. Oleh karena itu, setidaknya seorang manusia memiliki 3 hal dalam hidup agar terhindar dari maksiat!

Baca juga: 6 Teladan Rasulullah dalam Memperlakukan Istri

1. Malu (haya’)

Malu itu sebagian dari iman. Mengapa demikian? Karena rasa malu memotivasi seseorang untuk menjaga batasan-batasan perilaku yang ditetapkan oleh agama, seperti menjaga diri dari perbuatan tercela atau dosa. Dalam Islam, rasa malu (haya') juga dipandang sebagai tanda dari kesucian batin dan ketakwaan kita kepada Allah. Rasa malu tidak hanya menahan dari perbuatan buruk, tetapi juga memotivasi untuk terus berusaha memperbaiki diri. Sejalan dengan hadis riwayat Bukhari.

“Sesungguhnya dari apa yang telah diikuti manusia dari kata-kata kenabian yang pertama adalah ‘jika engkau tidak malu maka perbuatlah sesukamu’.” (HR. Bukhari)

2. Takut (khauf)

Rasa takut kepada Allah (khauf) dalam Islam bukanlah ketakutan yang menimbulkan kecemasan atau ketidakamanan, melainkan rasa hormat dan penghormatan yang mendalam terhadap kebesaran Allah. Ini mencakup kesadaran bahwa Allah Maha Mengetahui segala hal, Maha Adil dalam segala keputusan-Nya. Rasa takut ini menjadi pelindung iman kita dari godaan dosa dan kesalahan.

Baca juga: 10 Golongan Muslim Terbaik Menurut Rasulullah saw.

3. Cinta

Ibarat kita mencintai sesuatu, maka kita akan terus berusaha untuk berbuat baik dan memperbaiki diri untuk sesuatu yang kita cintai. Apalagi rasa cinta tersebut disematkan kepada Allah Swt. Cinta yang memang seharusnya ada dalam hati kita sebagai hamba.

Ketika kita mencintai Allah, maka kita akan sadar bahwa setiap tindakan memiliki konsekuensi, baik di dunia maupun di akhirat. Kecintaan ini mendorong kita untuk memilih jalan yang benar dan menjauhi segala bentuk dosa atau perbuatan yang dilarang-Nya.

Kalau kamu memiliki kesadaran untuk menjadi orang baik, maka pilihlah jalan itu. Kita tidak pernah tahu sampai kapan usia kita di dunia, jadi berbuat baik dan hindarilah maksiat sesuai dengan tuntunan-Nya.


Yuk! Zakat, infak, dan sedekah bersama LAZ Al Azhar. Hadirkan kebahagiaan dan kebermanfaatan yang lebih luas. Klik di sini.

BACA JUGA