Saudah binti Zam’ah adalah wanita pertama yang dinikahi Nabi Muhammad saw sesudah Khadijah r.a. Sebelum menikah dengan Rasulullah saw, Saudah binti Zam’ah merupakan deretan sahabat Nabi Muhammad saw dari kalangan wanita yang imannya kuat. Demi mempertahankan imannya, Saudah rela berhijrah dari kampung halamannya dan akhirnya diperistri oleh Rasulullah saw.
Setelah berada di tempat hijrah di daerah Habsyi, penderitaan dan tantangan tak juga reda. Saudah mendapatkan cacian, siksaan dan intimidasi karena menolak ajakan kesyirikan dari warga pribumi. Berada di negeri asing dan mendapatkan tekanan jelas membuat batin Saudah terluka. Namun, Saudah adalah sosok yang kuat dan sangat tegar.
Setelah ditinggal Khadijah wafat, tidak ada seorang sahabat pun yang berani mengajukan masukan agar Rasulullah saw menikah lagi. Namun, melihat keadaan Rasulullah, Khaulah binti Hakim memberanikan diri mengusulkan kepada Rasulullah saw dengan cara yang lemah lembut dan ramah.
Beliau lantas menyetujui anjuran Khaulah dan menikahi Saudah. Sebagai seorang istri, Saudah mampu menunaikan kewajibannya dalam rumah tangga bersama Rasulullah saw, melayani putri beliau, dan mendatangkan kebahagiaan serta kegembiraan di hati Rasulullah saw.
Baca juga: Kisah Sahababat Nabi yang Ingin Miskin tapi Selalu Gagal
Menjadi pendamping hidup Rasulullah saw merupakan sebuah anugerah yang besar. Namun, setelah tiga tahun berjalan, Rasulullah saw menikahi Aisyah binti abu bakar. Saudah menyadari jika ia sudah masuk usia senja. Ia sadar, tidak bisa melayani Rasulullah saw sebagaimana para istri beliau yang lain.
Rasulullah saw pun hampir menceraikan Saudah. Namun, Saudah meminta agar Rasulullah saw mempertahankannya sebagai istri. Saudah hanya ingin mencari ganjaran yang besar dan keutamaan sebagai istri Rasulullah saw.
"Pertahankanlah aku, ya Rasulullah! Demi Allah, tiadalah keinginanku diperistri itu karena ketamakan. Akan tetapi, hanya berharap agar Allah Swt membangkitkan aku pada hari kiamat dalam keadaan menjadi istrimu."
Begitulah Saudah, lebih mendahulukan keridaan suaminya yang mulia maka ia berikan gilirannya (tidur) kepada Aisyah untuk menjaga hati Rasulullah saw. Sementara, ia sendiri sudah tidak memiliki keinginan sebagaimana layaknya wanita lain.
Setelah masuk di rumah tangga Rasulullah saw yang dijalaninya dengan keridaan dan ketenangan, Saudah bersyukur kepada Allah Swt yang telah menempatkan dirinya di samping sebaik-baiknya makhluk di dunia. Saudah juga bersyukur kepada Allah Swt karena telah mendapatkan gelar Ummul Mukminin dan menjadi istri Rasulullah saw di surga.