Kemerdekaan didapat dari iman yang sempurna. Keimanan terlahir dari hati dan tindakan yang berjalan sesuai dengan syariat Islam. Merdeka bukan sekadar terbebas dari penjajahan bangsa asing. Lain dari itu, setiap individu membawa makna merdekanya masing-masing. Betapa indah dan merdekanya hidup dalam menghamba kepada Allah. Kemerdekaan yang hakiki adalah ketika kita sebagai manusia menyadari tentang tugas dan kewajiban kita di dunia dan paham mengenai hakikat penciptaan manusia.
Seseorang yang sudah memahami hakikat ia diciptakan, ia akan menjalankan kehidupan sesuai aturan Tuhan. Betapa indah dan bahagianya ketika setiap aktivitas kita diliputi dan dihabiskan dengan beribadah kepada Allah Swt. Ketika seseorang sudah merasakan ketenangan batin dalam menghamba kepada Tuhan, di situlah kemerdekaan yang hakiki. Ia menemukan suatu jalan yang benar, tanpa tergesa mengejar dunia melainkan bersemangat menabung amal untuk akhirat.
Baca juga: Senin Bersama Rasulullah, Yuk Lebih Bergembira Menyambutnya!
Mencapai kemerdekaan yang hakikat merupakan misi Islam yang sudah diperjuangkan sejak zaman Rasulullah. Bagaimana ketika seorang Rasul yang diutus ke dunia untuk memberitahu kabar gembira tentang Islam dengan perjuangannya berharap manusia mendapatkan hidayah untuk beriman kepada Allah Swt.
Mengingat bahwa sebentar lagi adalah Hari Kemerdekaan Indonesia, yang diperingati pada 17 Agustus 2023, setiap dari kita juga harus memberi jeda pada diri sendiri untuk sejenak merefleksi apakah diri kita sudah mencapai kemerdekaan yang hakikat sebagai hamba. Salah satu kebebasan yang sudah bisa kita sebut sebagai kemerdekaan yang hakiki adalah ketika manusia merdeka dari perilaku dan akhlak tercela. Sebagaimana sabda Rasulullah saw., dalam hadis riwayat Abu Daud, “Orang mukmin yang paling sempurna adalah yang paling baik akhlaknya.” (HR. Abu Daud).
Baca juga: Berlomba-Lomba dalam Kebaikan di Hari Kemerdekaan
Kedua, merdeka dari praktik syirik bagaimana pun bentuknya. Tahukah sahabat? Syirik adalah salah satu dosa yang membinasakan dan dosa besar yang tidak bisa diampuni. Sebagaimana dalam surah An-Nisa, Allah Swt., berfirman, “Sesungguhnya, Allah tidak akan mengampuni jika disekutukan, dan Dia akan mengampuni selain itu (syirik) bagi siapa yang (Dia) kehendaki". (QS. An-Nisa: 116).
Setelah penciptaan manusia di muka bumi dengan tujuan sebagai khalifah, sebagai makhluk yang diberi amanah itu, kita harus berjuang menuju kemerdekaan yang hakiki dengan cara menjalankan hidup sebaik-baiknya antara habluminallah (hubungan umat dengan Tuhan), habluminannas (berbuat baik kepada manusia lainnya), dan hubungan antara manusia dengan alam.