Belajar dari Umar bin Khattab: Ketegasan dan Empati dalam Menghadapi Bencana

Belajar dari Umar bin Khattab: Ketegasan dan Empati dalam Menghadapi Bencana


Risdawati
02/12/2025
18 VIEWS
SHARE

Dalam dinginnya hujan, gelapnya malam, dan deru air yang terus menerjang, suara itu seolah bercampur dengan tangisan para korban banjir dan tanah longsor di Sumatra. Di tengah kepiluan itu, ingatan kita terarah pada sosok Umar bin Khattab, seorang pemimpin yang pada masa krisis tidak pernah berdiam diri. Umar yang berjalan sendirian di malam hari untuk memastikan rakyatnya tidak kelaparan pada Tahun Ramadah, atau yang turun langsung mengatur bantuan di tengah wabah dan kelaparan. Demikian pula kita belajar bahwa kepemimpinan sejati menuntut ketegasan dalam bertindak dan empati yang hidup dalam hati. Kisah Umar bukan sekadar sejarah, tetapi cermin bagaimana menghadapi bencana dengan keberanian, kepedulian, dan langkah nyata.

Di tengah bencana yang datang silih berganti, kita sering menyadari bahwa rasa simpati saja tidak cukup. Dibutuhkan keberanian, ketegasan, dan hati yang benar-benar hadir untuk mereka yang sedang berjuang. Di sinilah keteladanan Umar bin Khattab terasa begitu kuat. Ia menunjukkan bahwa krisis tidak bisa dihadapi hanya dengan aturan dan kekuasaan, tetapi juga dengan kehangatan hati. Bahwa ketegasan tanpa empati hanyalah kekuasaan, dan empati tanpa ketegasan hanyalah perasaan yang tidak membawa perubahan apa pun.

Umar sendiri pernah berkata, “Bagaimana saya bisa memperhatikan keadaan rakyat jika saya tidak ikut merasakan apa yang mereka rasakan?” Karena itu, ia menurunkan taraf hidupnya sejajar dengan rakyatnya yang miskin, makan seadanya dari hidangan yang ada, duduk bersama ribuan orang yang kelaparan, dan menolak makan di rumahnya agar tak ada yang mengira ia mengutamakan dirinya sendiri dengan makanan yang tak terjangkau bagi rakyatnya yang masih kekurangan. Ia juga tidak malu menjadi pelayan bagi rakyatnya, ikut merasakan penderitaan mereka.

Tidak hanya hadir secara fisik, Umar juga bertindak tegas untuk memastikan kebutuhan rakyat terpenuhi. Ia mengirim surat kepada gubernurnya di Bashrah dan Amru bin Ash di Mesir agar segera mengirim bantuan pangan. Berkat upaya ini, bantuan datang dalam jumlah besar dan mencukupi kebutuhan rakyat yang dilanda kekeringan. Di samping tindakan nyata, Umar senantiasa bermunajat kepada Allah, meminta turun hujan bersama paman Nabi, Abbas, sebagai wujud kepedulian yang berpadu dengan ketundukan dan keikhlasan.

Sungguh agung dan mulia sikap Khalifah Umar bin Khattab dalam mengayomi rakyatnya. Ia tak mempermasalahkan tubuhnya kurus dan kulitnya menghitam ketika ia dan rakyatnya dilanda musim paceklik. Tidak ada perlakuan khusus bagi dirinya; ia menempatkan posisi kepemimpinannya sebagai amanah yang harus dipertanggungjawabkan. 

Umar radhiyallahu’anhuma berkata: “Akulah sejelek-jelek kepala negara apabila aku kenyang sementara rakyatku kelaparan.” Sikap ini sejalan dengan hadis Nabi. Beliau saw bersabda: 

“Imam (waliyul amri) adalah pengurus rakyat dan dia bertanggung jawab atas rakyat yang dia urus” (HR. Bukhari).

Namun, di saat seperti ini, sering muncul pandangan yang menyederhanakan musibah hanya sebagai takdir yang harus diterima begitu saja. Memang, segala sesuatu yang terjadi dalam hidup ini adalah takdir dari Allah Swt. Tapi menafsirkan takdir seolah terjadi tanpa sebab atau usaha sama sekali adalah cara berpikir yang keliru. Syeikh Muhammad Ghazali menjelaskan dengan lugas:

“Bahwa di antara cacat dalam berpikir adalah terlalu melihat kemenangan atau musibah, namun tidak melihat apa yang melatari kemenangan atau menyebabkan musibah.”

Kisah Umar mengajarkan kita bahwa menerima takdir bukan berarti pasif. Ia hadir, merasakan, dan bertindak. Ketegasan dan empatinya menjadi pengingat bahwa kita tetap harus berusaha, bergerak, dan membuat keputusan nyata di tengah krisis, sebuah keseimbangan antara tawakal dan ikhtiar yang relevan bagi setiap kita hari ini. Peljaran ini tidak hanya berlaku bagi pemimpin, tetapi juga bagi setiap orang yang ingin meneladani sikap peduli, berani, dan bertanggung jawab dalam menghadapi tantangan kehidupan.

Perasaan kamu tentang artikel ini?

BACA JUGA