Keberkahan Lebih Utama daripada Keberlimpahan

Keberkahan Lebih Utama daripada Keberlimpahan


Risdawati
08/12/2025
13 VIEWS
SHARE

Sebagian orang selalu berlomba-lomba mengejar angka, target, dan pencapaian tanpa henti. Setiap hari kerja banting tulang siang-malam seolah melewatkan satu menit saja bisa merugikannya. Menganggap bahwa banyak berarti baik, adalah keyakinan yang menjebak kita.

Padahal dalam pandangan Islam, ukuran sejati sebuah nikmat bukan terletak pada jumlahnya, tetapi pada keberkahannya. Ada rezeki yang tampak kecil namun menenangkan, mengalirkan kebaikan, dan mendekatkan pemiliknya kepada Allah Swt. Ada pula banyak yang melimpah ruah, tetapi justru membawa gelisah, menjauhkan, bahkan merusak.

Ada pula sebagian penuntut ilmu yang belajar tanpa henti, menghafal setiap kalimat dan mengulang tiap halaman, namun ilmunya berhenti pada hafalan, tidak berubah pemahaman. Hal itu terjadi karena niatnya keliru: ia bersungguh-sungguh belajar semata demi meraih nilai cumlaude atau agar dikenal sebagai orang berilmu dan dipuji kealimannya.

Rasulullah saw bersabda:

“Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niatnya. Setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya untuk Allah dan Rasul-Nya. Siapa yang hijrahnya karena mencari dunia atau karena wanita yang dinikahinya, maka hijrahnya kepada yang ia tuju.” (HR. Bukhari no. 1 dan Muslim no. 1907).

Mengapa Keberkahan Lebih Utama?

Keberkahan adalah nilai yang membuat sesuatu menjadi lebih bermanfaat, lebih menenangkan, dan lebih mendekatkan diri kepada Allah Swt. Tanpa keberkahan, sebanyak apa pun harta, waktu, atau ilmu yang dimiliki seseorang, semuanya hanya akan terasa kosong dan tidak membawa kebaikan.

 Betapa banyak orang yang hartanya berlimpah, tetapi hidupnya sempit dan gelisah. Sebaliknya, tidak sedikit orang yang hartanya sederhana, namun hidupnya terasa cukup, tenang, dan penuh syukur. Inilah perbedaan besar antara kuantitas dan keberkahan: keberlimpahan mengisi tangan, sedangkan keberkahan mengisi hati.

Dalam belajar pun demikian. Ilmu yang diberkahi akan menumbuhkan ketundukan, memperhalus akhlak, dan mendorong seseorang untuk mengamalkannya. Sedangkan ilmu tanpa berkah hanya berhenti pada lisan dan hafalan, tidak mengubah perilaku dan tidak membawa cahaya bagi pemiliknya.

Qarun: Keberlimpahan Tanpa Keberkahan

Al-Qur’an memberikan contoh nyata tentang seseorang yang diberikan harta berlimpah, namun tidak mendapat keberkahan di dalamnya. Salah satunya Qarun, kekayaan yang dimilikinya begitu besar hingga kunci-kunci perbendaharaannya saja harus dipikul oleh sekumpulan orang-orang yang kuat. Namun, alih-alih bersyukur ia malah berperilaku sombong dan angkuh. Menganggap bahwa kekayaan yang diperolehnya adalah hasil dari kecerdasannya.

Kesombongan itu membuatnya lupa bahwa nikmat tanpa syukur hanya akan membawa kebinasaan. Hingga akhirnya, Allah menenggelamkan Qarun beserta seluruh harta bendanya. Kisah ini mengingatkan kita bahwa limpahan harta tidak selalu menjadi tanda kemuliaan. Sebaliknya, tanpa keberkahan, kekayaan justru dapat menjadi sebab kehancuran seseorang.

Kisahnya juga tertulisa dalam surah Al-Qashash ayat 81, Allah Swt berfirman:

“Maka Kami benamkan dia (Qarun) beserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya suatu golongan pun yang menolongnya selain Allah, dan tidaklah ia termasuk orang-orang yang dapat membela diri.” (QS. Al-Qashash: 81).

Selain harta, ilmu pun bisa menjadi keberlimpahan tanpa keberkahan. Contohnya Abu Jahal, sebelum Islam datang, ia dikenal dengan gelar Al-Hakam yaitu orang yang bijaksana, karena keluasan ilmu dan ketajaman berpikirnya. Namun ketika risalah Islam disampaikan, ia justru menjadi salah satu penentang paling keras terhadap dakwah Nabi Muhammad saw, hingga akhirnya dijuluki Abu Jahal. Inilah gambaran nyata bahwa ketika ilmu tidak diberkahi, kecerdasan sebesar apa pun tidak membawa manfaat, bahkan dapat menjatuhkan martabat pemiliknya.

Dari semua contoh ini, jelaslah bahwa banyaknya harta atau luasnya ilmu tidak menjamin keberkahan. Keberkahan lah yang memberi makna dan manfaat sejati pada setiap nikmat yang kita miliki. Oleh karena itu, mari kita luruskan niat, syukuri setiap rezeki, dan pastikan setiap ilmu dan usaha yang kita lakukan senantiasa dibimbing oleh Allah Swt. Hanya dengan keberkahan, hidup kita menjadi bermanfaat, tenang, dan mendekatkan diri kepada-Nya.

Perasaan kamu tentang artikel ini?

BACA JUGA