Perjalanan Hidup Silvia: Dari Santri hingga Menuju Negeri Para Ulama

Perjalanan Hidup Silvia: Dari Santri hingga Menuju Negeri Para Ulama


Eliyah
20/10/2025
27 VIEWS
SHARE

“Ilmu adalah warisan para nabi, dan setiap langkah menuju ilmu adalah bagian dari perjuangan suci.”

Silvia Naila Syarifa (18), lahir dan tumbuh di tengah keluarga sederhana nan religius di Cilacap. Ayahnya, Abah Raden Aliq Ishlachudin, adalah seorang penyuluh agama, sementara ibunya, Musrifatul Ulumi, mengabdikan diri sebagai guru Taman Kanak-Kanak. Keluarga kecil ini tinggal di Jln. Dr. Rajiman No. 99, Gunungsimping, Cilacap Tengah, sebuah rumah yang penuh dengan nilai-nilai keislaman dan cinta akan ilmu.

Sejak kecil, Naila telah menunjukkan semangat belajar yang tinggi. Ia menempuh pendidikan formalnya mulai dari TK Queen Al Khadijah, lalu melanjutkan ke SDN 02 Gunungsimping, SMP Al Ikhsan Beji Purwokerto, dan kemudian bersekolah di SMA VIP Queen Al Khadijah. Di masa pandemi, justru menjadi titik balik penting dalam hidupnya. Dalam waktu sembilan bulan, ia berhasil menghafal 30 juz Al-Qur’an dengan bimbingan langsung dari ibunya. Sebuah pencapaian luar biasa yang mencerminkan tekad dan kedisiplinan yang kuat.

Perjalanan spiritual dan intelektual Naila kemudian mendapat perhatian dari LAZ Al Azhar Cilacap. Salah satu donatur mereka menyampaikan niat mulia untuk membina seorang anak asuh yang kelak akan menjadi dai. Dari sekian banyak nama yang diajukan oleh lembaga, pilihan akhirnya jatuh kepada Naila. Bukan hanya karena ia seorang hafizhah Qur’an, juga karena semangat dakwah dan keinginannya yang besar untuk melanjutkan studi ke Universitas Al Azhar Kairo, Mesir.

Sejak saat itu, Naila resmi menjadi penerima Beasiswa GOTAAZ (Gerakan Orang Tua Asuh Al Azhar), sebuah program yang ditujukan untuk membiayai pendidikan santri penghafal Al-Qur’an agar bisa menyelesaikan pendidikannya dan menjadi dai di kemudian hari. Bentuk beasiswa yang diterima Naila adalah bantuan SPP bulanan selama ia menempuh pendidikan di SMA dan pondok pesantren.

Kini, Naila tengah bersiap melangkah ke jenjang pendidikan tinggi. Ia dijadwalkan berangkat ke Kairo pada Oktober 2025 untuk menempuh pendidikan S1 di Fakultas Syariah, Universitas Al Azhar. Keputusannya untuk memilih Mesir bukan tanpa alasan. Ia ingin belajar langsung dari para syekh dan guru besar Timur Tengah, memperdalam ilmu agama, dan menapaki jalan dakwah dengan bekal yang kuat.

Namun, di balik semua pencapaiannya, Naila masih menyimpan satu mimpi besar yang belum terwujud, yakni mendirikan komunitas untuk penderita skoliosis. Ia sendiri hidup dengan kondisi tersebut, dan bercita-cita ingin memberikan ruang dukungan bagi sesama penyintas sambil terus mensyiarkan agama Islam hingga ke pelosok negeri.

Semangatnya untuk terus menuntut ilmu tak pernah padam. Ia meneladani kedua orang tuanya yang menjadi pendidik, dan menjadikan beasiswa dari para donatur sebagai motivasi utama untuk tidak berhenti belajar dan memberi manfaat. Harapan besar pun disematkan oleh para pemberi beasiswa: agar Naila kelak menjadi seorang dai yang mampu menyebarkan ilmu agama, menginspirasi generasi muda untuk mencintai Al-Qur’an, dan menjadi cahaya bagi masyarakat, khususnya di daerah asalnya, Cilacap.

Perjalanan Naila belum berakhir. Justru baru dimulai. Tapi satu hal yang pasti, langkah-langkahnya telah tertuntun oleh cahaya Al-Qur’an dan doa dari banyak hati yang percaya bahwa ia akan tumbuh menjadi sosok yang membawa perubahan baik bagi umat.

Perasaan kamu tentang artikel ini?

BACA JUGA