Nizam R. Hasibuan, Mantan Insinyur yang Terbiasa Membayar Zakat dari Kecil

Nizam R. Hasibuan, Mantan Insinyur yang Terbiasa Membayar Zakat dari Kecil


Siti Adidah
21/11/2024

“Ya, kalau zakat kan wajib, infak terus itu kan pahalanya lain lagi,” ungkap Nizam R. Hasibuan.

Nizam R. Hasibuan merupakan salah satu muzakki LAZ Al Azhar yang begitu menginspirasi. Kegigihan dan kerja keras yang beliau miliki menjadi sifat yang patut untuk ditiru. Mulai dari pengalaman hidupnya yang merantau dari Medan, kemudian mempunyai gelar Insinyur, sampai bekerja di perusahaan BUMD ternama milik Pemerintah DKI. Namun, hal tersebut tidak membuat dirinya lupa akan kewajiban untuk menyisihkan hartanya untuk berzakat sebesar 2,5%. Inilah yang mendorong Nizam untuk istiqomah hingga lebih dari 20 tahun untuk menitipkan amanahnya. Menurutnya hampir setiap bulan, Nizam mengeluarkan zakat dan juga sedekahnya melalui LAZ Al Azhar.

”Zakat adalah bentuk kewajiban yang harus ditunaikan oleh semua umat muslim untuk menyisihkan 2,5 % dari harta yang dimiliki. Selain itu sebagai seorang hamba, saya juga senang untuk berinfak, karena ini dapat menjadi pertolongan untuk mereka yang membutuhkan,” ujarnya.

Kebiasaan berzakat dan juga berinfak yang dia lakukan sudah menjadi kegiatan rutin yang dia kerjakan sedari kecil. Kedua orang tuanya telah mendidik Nizam dengan senantiasa memberikan contoh untuk selalu berbagi kebahagiaan dengan orang lain. Selain itu juga beliau menyebutkan kebiasaan berinfak tersebut didukung oleh lingkungan sekitar yaitu di Al-Washliyah sampe Sekolah Rakyat (SR).

“Orang tua kebetulan juga ustadz ya, kita memang semua itu  satu keluarga, anak-anak dididik agama dengan baik. Jadi, wajib sekolah di madrasah dulu. Kalau di Medan sendiri saya belajar di Madrasah Al-Washliyah namanya, mungkin kalian juga pernah mendengar organisasinya, kalo di Sumatera Utara besar itu Al-Washliyah. Kita semua di Madrasah Al-Washliyah. Saya sendiri sampai kelas 5 Ibtidaiyah, terus karena pindah dari kampung ke Medan dan terpaksa berhenti dari Al-Washliyah yang kemudian melanjutkan di Sekolah Rakyat,” ungkapnya.

Nizam menjelaskan background pendidikannya yang merupakan insinyur lulusan Universitas Sumatera Utara (USU) pada tahun 1974. Setelah menamatkan gelar Insinyur beliau lanjut bekerja di salah satu perusahaan milik negara bersama sang istri, tapi karena satu dan lain hal, kedua nya memilih berhenti. Dan setelah pertimbangan yang panjang, akhirnya Nizam memutuskan untuk menjadi pegawai swasta dan ibu yang menjadi pegawai negeri.

Kebahagiaan bisa diraih oleh setiap manusia. Menurut Nizam semua dapat diupayakan  salah satunya dengan cara yang sederhana, yaitu dengan cara menyelesaikan masalah dengan kepala dingin, mendengarkan pendapat orang lain, dan tidak hanya ingin menang sendiri.

“Arti kebahagiaan bagi saya yaitu dijalani aja hidup itu, gitu aja. Jadi walaupun ada masalah-masalahnya diselesaikan ya udah gitu aja. Begitupun di rumah tangga, jangan mau menang sendiri supaya rumah tangganya itu aman. Ya, kalau dari semua itu benar, bahagia itu mungkin hasil akhirnya. Dijalanin aja dulu, tapi ya tetap ada usaha,” tambahnya.

BACA JUGA