Mengenal Sosok Hannah binti Faqudz, Ibunda Maryam

Mengenal Sosok Hannah binti Faqudz, Ibunda Maryam


Risdawati
12/12/2025
17 VIEWS
SHARE

Maryam binti Imran dikenal dalam Islam sebagai salah satu wanita paling suci dan mulia. Namun, tidak banyak yang mengetahui kisah ibunya, Hannah binti Faqudz, perempuan salehah yang Allah pilih sebagai ibu dari wanita terbaik di masanya. Kisah Hannah memang tidak panjang, tetapi penuh pelajaran tentang iman, ketulusan doa, dan pengorbanan seorang ibu.

Hannah berasal dari keluarga yang saleh, menikah dengan Imran seorang yang dihormati di kalangan Bani Israil. Bahkan dalam Al-Qur'an, Allah Swt menyebut keluarganya sebagai Keluarga Imran, sebuah penghormatan tinggi bagi keluarga tersebut. Selain itu, Hannah juga dikenal sebagai wanita yang lembut, rajin beribadah, dan tak pernah putus asa memohon keturunan meski usianya yang sudah tidak muda lagi.

Muhammad bin Ishaq berkata, “Dia adalah seorang wanita yang belum pernah hamil. Pada suatu hari ia melihat seekor burung yang memberi makan anak-anaknya. Momen sederhana itu membuatnya menangis dan rasa ingin memiliki anak pun muncul saat itu juga. Lalu ia berdoa kepada Allah: “Ya Allah, berikan aku keturunan. Jika Engkau mengabulkan, aku akan menazarkan anak itu untuk berkhidmat (di Baitul Maqdis).”  Doa ini tercatat dalam Al-Qur'an (Ali Imran: 35).

Doa Hannah pun sampai menggetarkan langit, hingga Allah Swt mengabulkan permintaannya dan Hannah pun hamil. Sejak awal kehamilan, Hannah teguh pada nazarnya bahwa anak yang dikandungnya akan diserahkan untuk berkhidmat di Baitul Maqdis. Meski ia belum tahu anak yang dikandungnya laki-laki atau perempuan. Allah Swt berfirman:

“Maka tatkala istri Imran melahirkan anaknya, dia pun berkata: “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku melahirkannya seorang anak perempuan; dan Allah lebih mengetahui apa yang dilahirkannya itu; dan anak laki-laki tidaklah seperti anak perempuan. Sesungguhnya aku telah menamai dia Maryam dan aku mohon perlindungan untuknya serta anak-anak keturunannya kepada (pemeliharaan) Engkau daripada setan yang terkutuk.” (QS. Ali-Imran: 36).

 Hannah mengira anak yang dikandungnya itu seorang laki-laki, akan tetapi saat bayinya lahir ternyata seorang perempuan. Namun, Hannah tidak mundur dari janjinya. Walaupun begitu Allah Swt menerima nazar Hannah dan bahwasannya Allah akan mendidik anaknya (Maryam) dengan pendidikan yang baik.

Pada akhirnya, Hannah membawa Maryam ke Baitul Maqdis untuk dididik dalam ibadah. Para penjaga rumah ibadah sempat bertengkar tentang siapa yang akan mengasuh Maryam. Mereka melakukan undian, dan hasilnya menunjuk Nabi Zakariya alaihissalam, suami dari saudara Hannah. Di bawah bimbingan Zakariya, Maryam berkembang menjadi gadis yang taat, pemalu, rajin beribadah, dan menjaga kehormatan. Semua ini adalah hasil dari doa ibunya dan nazar yang dilakukan dengan sepenuh hati.

Kisah Hannah mungkin tidak sepanjang kisah para nabi, tapi ketulusannya memberikan pelajaran besar. Ia berdoa dari hati yang hancur tapi penuh keyakinan. Allah Swt tidak hanya memberinya anak, tetapi menjadikan anak itu salah satu wanita terbaik dalam sejarah. Maryam tumbuh sebagai wanita mulia bukan hanya karena lingkungan yang baik, melainkan karena Hannah sejak awal mengikhlaskan anaknya untuk Allah Swt.

Keimanan dan ketulusan Hannah menunjukkan bahwa harapan yang dipasrahkan sepenuhnya kepada Allah Swt selalu mendapat jalan terbaik. Dari seorang ibu yang sabar dan penuh keyakinan, lahirlah generasi yang dimuliakan. Semoga keteguhan hati Hannah menginspirasi kita untuk terus percaya pada janji Allah, memohon dengan kesungguhan, dan menjaga amanah dengan sebaik-baiknya.

 

Writer by: Salsabilla Fasya Adzkara

Perasaan kamu tentang artikel ini?

BACA JUGA